Selasa, 26 Oktober 2010

Gichin Funakoshi

Karier

Gichin Funakoshi dilahirkan di Shuri, Okinawa sekitar tahun 1868 ketika Jepang sedang berada dalam zaman Restorasi Meiji. Kedua orangtuanya adalah penduduk asli Okinawa yang memakai nama keluarga Tominakoshi.[2] Ayahnya bernama Gisu.[3] Setelah masuk sekolah dasar, Gichin bersahabat baik dengan putra Ankō Asato, seorang master karate dan kendo yang nantinya menjadi guru karate pertamanya.[3]

Keluarga Funakoshi sangat menentang undang-undang yang mengharuskan orang untuk memotong rambut yang ditata dengan model rambut chonmage. Seperti halnya biksu, dokter pada zaman Meiji memang tidak dibenarkan menata rambut dengan model chonmage. Keputusan untuk tidak mau memotong rambut, mengakibatkan Funakoshi tidak diizinkan masuk sekolah kedokteran, walaupun dirinya sudah lulus ujian masuk.[3] Sebagai orang terpelajar yang terdidik dalam sastra Cina Klasik serta filsafat Jepang, Funakoshi bekerja sebagai asisten guru di Okinawa. Pada waktu itu pula, hubungan dirinya dengan keluarga Asato menjadi semakin dekat. Ia mulai sering bepergian pada malam hari ke rumah kediaman keluarga Asato untuk menerima pelajaran karate dari Ankō Asato.[rujukan?]
[sunting]
Karate Shotokan

Funakoshi menguasai kedua aliran karate Okinawa yang populer pada waktu itu, Shōrei-ryu dan Shōrin-ryu. Aliran karate yang didirikannya diberi nama Shotokan yang berasal dari nama pena Funakoshi, Shoto yang berarti gelombang pinus (gerakan daun-daun pinus ketika angin bertiup). Selain sebagai master karate, Funakoshi adalah seorang filsuf dan penyair yang produktif. Ia sering diberitakan berjalan hingga jauh sekali di dalam hutan untuk bermeditasi dan menulis puisi.[4] Kan berarti aula latihan atau rumah, sehingga Shotokan berarti rumah Shoto. Nama aliran karate ini diciptakan oleh murid-murid Funakoshi yang memasang plang nama bertuliskan Shoto kan di atas pintu masuk dojo tempat mereka berlatih.

Pada akhir 1910-an, Funakoshi telah memiliki banyak murid, di antaranya dianggap mampu untuk meneruskan ajaran sang guru. Funakoshi sendiri melanjutkan usahanya untuk menyebarluaskan karate Okinawa, dan berkelana ke kepulauan utama Jepang pada tahun 1922.[3]

Pada tahun 1939, Funakoshi mendirikan dojo Shōtōkan yang pertama di Tokyo. Ia juga mengubah sebutan untuk seni beladiri yang diajarkannya, dari tōte (唐手?) yang terdiri dari dua aksara kanji: 唐 (tō, kara; Dinasti Tang atau Cina) dan 手 (te, tangan) menjadi karate (空手?, tangan kosong). Keduanya ditulis dengan aksara kanji yang berbeda, walaupun sebetulnya 唐手 dapat dibaca secara kun'yomi sebagai karate. Funakoshi percaya bahwa istilah baru yang diciptakannya tidak akan menimbulkan kesalahpahaman bahwa karate berasal dari seni bela diri Cina.

Di Tokyo, Funakoshi mendirikan Asosiasi Karate Jepang (JKA) pada 1949, dan diangkat sebagai ketua kehormatan. Ia tetap tinggal di Tokyo hingga tutup usia pada tahun 1957.
[sunting]
Peninggalan

Funakoshi menerbitkan sejumlah buku mengenai karate, termasuk autobiografi Karate-Do: My Way of Life. Peninggalan terpentingnya berupa sebuah dokumen yang berisi filsafat latihan karate yang sekarang disebut niju kun atau "20 Prinsip Karate". Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar pemikiran bagi semua murid Shotokan, dan diterbitkannya dalam buku berjudul The Twenty Guiding Principles of Karate.[5] Di dalam buku ini , Funakoshi menerangkan 20 prinsip yang harus dipatuhi murid karate agar dapat "menjadi manusia yang lebih baik".[3] Karate-Do Kyohan "The Master Text" karya Funakoshi hingga kini tetap merupakan buku yang paling lengkap, berisi penjelasan tentang sejarah, dasar-dasar, kata, dan kumite.
[sunting]
Monumen peringatan

Gichin Funakoshi sedang latihan dengan makiwara, tahun 1924.

Monumen untuk Gichin Funakoshi didirikan oleh Shotokai di sebuah kuil di Kamakura bernama Engaku-ji pada 1 Desember 1968. Batu ini dirancang oleh Kenji Ogata dan bertuliskan kaligrafi karya Funakoshi dan biksu kepala bernama Sōgen Asahina (1891-1979). Pada batu monumen ini bertuliskan prinsip kedua dari 20 Prinsip Karate, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada serangan pertama dalam karate"). Di sebelah kanannya terdapat batu bertuliskan puisi yang ditulisnya ketika dalam perjalanan ke Jepang pada tahun 1922.

Batu kedua berisi tulisan yang dibuat oleh Nobuhide Ohama, dan diterjemahkan sebagai:[6]“ Sensei karate-do Funakoshi Gichin dilahirkan di Shuri Okinawa pada 10 Juni 1870. Sejak sekitar usia sebelas tahun, ia mulai belajar tō-te jutsu dari Azato Anko dan Itosu Anko. Ia berlatih dengan rajin dan pada tahun 1912 diangkat sebagai ketua Shobukai Okinawa. Pada Mei 1922, ia pindah ke Tokyo dan menjadi sensei profesional karate-do. Ia mengabdikan seluruh hidupnya bagi pengembangan karate-do. Ia hidup hingga usia delapan puluh delapan tahun, dan meninggalkan dunia ini pada 26 April 1957. Sambil melakukan reinterpretasi to-te jutsu, Sensei menyebarluaskan karate-do tanpa menghilangkan filsafat aslinya. Seperti halnya bugei (seni bela diri klasik), puncak dari "mu" (pencerahan) adalah: untuk memurnikan dan membuat seorang menjadi kosong melalui transformasi dari jutsu ke do. Melalui kata-kata terkenalnya, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada serangan pertama dalam karate") dan "Karate wa kunshi no bugei" ("Karate adalah seni bela diri orang bijaksana), Sensei membantu kami untuk mengerti makna jutsu secara lebuh baik lagi. Kami, para murid setia, dengan maksud memperingati jasa dan kontribusinya sebagai perintis karate-do modern, membentuk Shotokai dan mendirikan monumen ini di Enkakuji. "Kenzen ichi" ("Kepalan dan Zen adalah satu").

Senin, 25 Oktober 2010

BEBERAPA FAKTA TENTANG KARATE

Berlawanan dengan pendapat umum, seni bela diri Karate tidak ditemukan di Cina. Rather, it has its origins in the island of Okinawa in Japan. Sebaliknya, ia memiliki asal-usulnya di pulau Okinawa di Jepang. The word "Karate" means the "empty hand" or the "Chinese hand", and it has been given this name because it involves a rapid use of hands and legs in an extreme close combat. Kata "Karate" berarti "tangan kosong" atau "tangan Cina", dan telah diberikan nama ini karena melibatkan penggunaan cepat tangan dan kaki dalam pertempuran jarak dekat yang ekstrim.

It was sometime in the sixteenth century that Chinese Kung Fu fighters experimented around with their styles and formulated the "te" technique ("Te" means hand). Itu adalah waktu di abad keenam belas yang Cina Kung Fu pejuang bereksperimen sekitar dengan gaya mereka dan merumuskan "te" teknik ("Te" berarti tangan). The art grew in China and evolved from a very rough and simple fighting style into a hard, close-combat style. Seni tumbuh di Cina dan berevolusi dari gaya bertarung yang sangat kasar dan sederhana menjadi sebuah gaya, keras close-tempur.

Around the late nineteenth century, Gichin Funakoshi, a famous martial arts practitioner from Japan, blended new moves into the "Te" style and displayed his art to the Japanese martial arts masters in early twentieth century. Sekitar akhir abad kesembilan belas, Gichin Funakoshi, seorang praktisi seni bela diri yang terkenal dari Jepang, bergerak baru dicampur ke dalam gaya "Te" dan ditampilkan seni kepada master seni bela diri Jepang pada awal abad kedua puluh. This was the beginning of Karate, as we know it. Ini adalah awal dari Karate, seperti yang kita kenal.

Karate kicked off with the original Okinawa style; later on, the Japanese patented their own styles, which are now appropriately called Japanese styles of Karate. Karate menggebrak dengan gaya Okinawa asli, di kemudian hari, orang Jepang dipatenkan gaya mereka sendiri, yang sekarang tepat disebut gaya Jepang Karate. With time, many karate schools all cross the world began naming their Karate after their school's or master's name, giving birth to many sub-styles. Dengan waktu, banyak sekolah karate semua silang dunia mulai penamaan mereka Karate setelah sekolah mereka atau nama master, melahirkan banyak-gaya sub.

The original style - known as the Okinawa style - is a very hard and external style. Gaya asli - yang dikenal sebagai gaya Okinawa - adalah gaya yang sangat keras dan eksternal. It employs circular means of defense while its attack is linear in nature. Ini berarti mempekerjakan lingkaran pertahanan sementara yang menyerang adalah linier di alam. The physical condition is extremely rigorous, as compared to the Japanese style of Karate. Kondisi fisik sangat ketat, dibandingkan dengan gaya Jepang Karate. The Japanese style of Karate is more stylistic and its movements are linear in both defense and offense. Gaya Jepang Karate lebih gaya dan gerakan perusahaan linier di kedua pertahanan dan pelanggaran.

Some of the important Karate sub-styles are: (i) Wado-Ryu style, which combines JiuJitsu movements with Okinawa karate techniques, and (ii) Uechi-Ryu style, which blends Okinawa Karate with Chinese martial arts tactics. Beberapa sub Karate-gaya penting adalah: (i) Wado-Ryu gaya, yang menggabungkan gerakan jiu-jitsu dengan teknik Okinawa karate, dan (ii) gaya Uechi-Ryu, yang memadukan Okinawa Karate dengan Cina taktik seni bela diri. The Uechi-Ryu style appears more Chinese than Japanese though it is a blend of both the cultures. Gaya Uechi-Ryu tampil lebih Cina daripada Jepang meskipun merupakan perpaduan dari kedua budaya.

As you know, Karate is a fast-paced martial art that involves electric movements of the hands and legs. Seperti yang Anda tahu, Karate adalah seni bela diri yang serba cepat yang melibatkan gerakan listrik dari tangan dan kaki. So, you need to ensure that you are attired in a comfortable Karate uniform. Jadi, Anda perlu memastikan bahwa Anda yang memakai seragam Karate nyaman.

As Karate involves close combat and can be lethal, you will also need to protect your head and groin by strapping on a head guard and groin protector, respectively. Sebagai Karate melibatkan pertempuran jarak dekat dan dapat mematikan, Anda juga akan perlu untuk melindungi kepala dan selangkangan dengan tegap pada penjaga kepala dan pelindung selangkangan, masing-masing. Arm, chest and leg guards are available too, and so are karate mitts and shin protectors. Lengan, dada dan kaki penjaga tersedia juga, dan begitu juga mitt karate dan pelindung tulang kering. And, of course, mouth guards can be considered too, just in case. Dan, tentu saja, penjaga mulut bisa dianggap terlalu, berjaga-jaga.

To train for Karate, you will need jump ropes, breakable boards, a Karate training board and a Karate training system. Untuk melatih untuk Karate, Anda akan perlu lompat tali, papan pecah, papan Karate pelatihan dan sistem pelatihan Karate. To perform Karate exercises, you will need leg and body stretchers, mats, water training bags, punching bags and pull-up and push-up bars. Untuk melakukan latihan Karate, Anda akan perlu usungan kaki dan tubuh, tikar, tas air pelatihan, meninju tas dan pull-up dan push-up bar.

And, finally, before you go out there to practice Karate, do not forget to plug in a first aid kit in your bag. Dan, akhirnya, sebelum Anda pergi ke sana untuk berlatih Karate, jangan lupa untuk memasukkan kit pertolongan pertama dalam tas Anda.

Karate not only keeps your body fit, it also strengthens your mind and enhances your concentration. Karate tidak hanya membuat tubuh bugar Anda, juga memperkuat pikiran dan meningkatkan konsentrasi Anda. Only thing, you must learn to respect it and practice it seriously as an art. Hanya hal, Anda harus belajar untuk menghormati dan praktek secara serius sebagai suatu seni.
Retrieved from " http://www.articlesbase.com/martial-arts-articles/several-facts-about-karate-256316.html " Diperoleh dari " http://www.articlesbase.com/martial-arts-articles/several-facts-about-karate-256316.html "

(ArticlesBase SC #256316) (ArticlesBase SC # 256316)

Sabtu, 23 Oktober 2010

Filsafat Shotokan

Filsafat Shotokan

Dojo Kun

Funakoshi Shotokan dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan suatu seni yang dibangun tidak hanya
kekuatan fisik tapi kekuatan mental, integritas, dan kontrol diri. Hal ini paling jelas
terlihat dalam Kun Dojo:









Dalam bahasa Inggris (secara kasar) menyatakan:
1. Mencari kesempurnaan karakter
2. Bersikaplah tulus dan jujur.
3. Menunjukkan semangat yang kuat.
4. Praktek kesopanan
5. Kontrol pemarah.
Ada penafsiran lain dari ini, tetapi mereka semua pada dasarnya berarti hal yang sama.

Niju Kun

Funakoshi juga memiliki seperangkat aturan untuk siswa Karate Dojo-nya yang masih diikuti
hari ini. Dia menyebut aturan Kun Niju:

1) Karate tidak hanya pelatihan dojo.
2) Jangan lupa bahwa Karate diawali dengan busur dan berakhir dengan busur.
3) Dalam Karate, tidak pernah serangan pertama.
4) Orang yang praktek Karate harus mengikuti jalan keadilan
5) Pertama, Anda harus tahu diri. Kemudian Anda dapat mengenal orang lain.
6) Pengembangan rohani adalah penting; keterampilan teknis hanyalah berarti sampai akhir.
7) Anda harus melepaskan pikiran Anda
8) Kemalangan keluar dari kemalasan.
9) Karate adalah pelatihan seumur hidup.
10) Masukkan Karate ke semua yang Anda lakukan.
11) Karate adalah seperti air panas. Jika Anda tidak memberikan panas yang tetap lagi akan menjadi dingin.
12) Jangan berpikir kamu harus menang. Berpikir bahwa Anda tidak harus kehilangan.
13) Kemenangan tergantung pada kemampuan Anda untuk memberitahukan poin rentan dari yang kebal.
14) Pindahkan sesuai dengan lawan.
15) Pertimbangkan's lawan tangan dan kaki seperti yang Anda lakukan pedang tajam.
16) Ketika Anda meninggalkan rumah, berpikir bahwa jutaan lawan yang menunggu untuk Anda.
Siap 17 posisi) untuk pemula dan posisi alam untuk mahasiswa tingkat lanjut.
18) Kata adalah satu hal. Terlibat dalam pertarungan nyata adalah hal lain.
19) Jangan lupa (1) kekuatan dan kelemahan daya, (2) perluasan dan kontraksi
tubuh, (3) kelambatan dan kecepatan teknik.
20) Rancangan setiap saat.

- Salah satu keyakinan's Funakoshi utama adalah bahwa Karate adalah untuk digunakan sebagai membela diri saja.
Bahkan di makam Funakoshi kata-kata "Karate ni sente nash i." atau "Tidak ada serangan pertama
dalam Karate adalah. "terukir.

Kuns ini merupakan dasar dari filosofi Shotokan. Setiap sekolah mungkin memiliki sendiri
filsafat, tetapi mereka semua cabang dari ini.

Filsafat dan Seni Bela Diri

Filsafat dan Seni Bela Diri
oleh Mulholland Seamus

Fr. Seamus Mulholland OFM
Dan 8 Shotokan Karate, Batto 6 Dan-Jutsu

Dari Bruce Lee di awal tahun 70-an kita semua off di menggila Seni Bela Diri, ke Fu adegan spektakuler melawan Kung The film Matrix, dengan fotografi, dialog indah dan mistisisme dari Crouching Tiger, Hidden Dragon, dan sekarang ke bloodfest Manga dari 'Vol Taratino's Kill Bill. I ', Seni Bela Diri telah sekitar di Barat untuk waktu yang lama. Saya telah berlatih dan pelatihan di Seni Bela Diri selama lebih dari 30 tahun dan pada waktu itu saya telah belajar banyak, bukan hanya tentang seni beladiri sebagai teknik membela diri, tapi tentang 'alasan keberadaannya' dan etika dan estetika yang mendasari itu .

Hal ini biasa untuk membuat asumsi bahwa sejak Martial Arts muncul di timur, mereka harus membawa bersama mereka beberapa mistisisme yang berlangsung dengan segala sesuatu oriental (setidaknya kepada pikiran-pikiran Barat), dan bahwa mereka telah berakar dalam Buddha Zen filsafat - setidaknya jika spectacularity hati dari Shaolin Monks adalah segala sesuatu untuk pergi dengan. Memang benar bahwa ada konsepsi yang berbeda di bagian barat dari apa yang mendasari Seni Bela Diri dalam apa yang kita luas bisa sebut 'filosofis' cara. Tapi apakah Seni Bela Diri memiliki 'filsafat' di dalam dirinya sendiri? Jika kita mengambil filsafat dalam terjemahan harfiah dari 'cinta akan kebijaksanaan' Yunani maka jawabannya adalah ya, jika kita mengambil istilah filsafat seperti yang dipahami dalam filsafat abadi dari Barat, maka jawabannya adalah tidak.

Filsafat ada untuk banyak hal: untuk memahami dunia, memahami segala sesuatu sebagaimana adanya dalam diri mereka sendiri, untuk mendeteksi kesalahan dalam pemikiran, untuk menawarkan solusi untuk pertanyaan mendasar yang menimpa manusia dan sebagainya. Namun, jika kita mengambil 'cinta akan kebijaksanaan' terjemahan asli dan menerapkannya pada Seni Bela Diri, dan menempatkan penekanan pada kebijaksanaan kata, maka Martial Arts memiliki filosofi yang kaya, mendalam, dan mendalam yang melekat di dalamnya.

Seni Bela Diri di tingkat permukaan adalah belajar teknik tersebut fisik yang menjamin keselamatan pribadi kita melalui mendapatkan kemampuan untuk mempertahankan diri melawan penyerang dan juga untuk mencapai beberapa prestasi yang sangat luar biasa dari kecakapan fisik (umumnya banyak orang mengasosiasikan ini dengan hal-hal yang melanggar - 'tameshiriwara topi tua 'adalah istilah yang tepat untuk itu Tapi dalam penelitian modern Martial Arts. yang' ', (seperti Bapak, Miayagi mengatakan dalam' The Karate Kid 'film,' Batu Bata tidak memukul kembali '.) Sayangnya, dalam 30 tahun ganjil saya telah mempelajari Seni Bela Diri, saya tidak pernah bisa berhenti di udara, atau berdiri di cabang pohon - tetapi bukan bioskop indah Tapi apa yang saya temukan di!!.! Martial Arts pelatihan dan pengajaran, adalah bahwa ada pemahaman tentang dasar-dasar dari kondisi manusia. Inilah sebabnya mengapa kebanyakan praktisi Seni Bela Diri akan mengatakan bahwa mereka belajar 'melakukannya' (doh), sebuah 'Way', bahwa hal itu tidak hanya fisik teknik yang mereka belajar dan berlatih keras, tapi Jalan Seni Bela Diri.

Dalam pengertian ini, Seni Bela Diri sebagai Jalan (dan Paulus, misalnya, disebut Kristen sebagai Jalan, Cina kuno berbicara tentang 'dao' Jalan) berada di dunia, dan mengamati dan merefleksikan dunia sebagai berlaku rupa filsafat analitis Barat. Dimana filsafat Barat berusaha untuk memahami hidup dengan refleksi intelektual dan analitis dan pemahaman, Seni Bela Diri sebagai 'cara' berusaha untuk memahami dengan hidup. Jadi itu adalah bahwa Jalan Seni Bela Diri sebagai disiplin filosofis adalah tentang memahami kebenaran dan realitas kehidupan seperti yang dengan hidup itu.

Tentu saja esotericism fantastis yang dikenakan atasnya oleh Barat tidak pada tempatnya. Hanya ada satu Seni Bela Diri yang terkait erat dengan cara filosofis murni berada di dunia, dan itu adalah Kyudo - Seni dari Bow Jepang (Panahan), tetapi Martial Arts lebih tradisional dipahami, karate, judo dll, tidak akan berbicara tentang diri mereka sebagai seni bela diri filosofis. Mereka akan menekankan 'bela diri' aspek seni, tetapi bahkan dalam bela diri 'aspek', kita masih bisa belajar sesuatu tentang bagaimana untuk bergerak melalui dunia (seperti Zhu's Art Tsun of War, dari Lima Lingkaran dari Miyomoto Musahis, yang terbesar pendekar pernah, bisa membuktikan).

Filosofi dari Seni Bela Diri mendasarkan dirinya pada tulang kering, gin, tai - pikiran, tubuh, roh (dalam banyak cara yang sama bahwa psikologi Ibrani Manusia dalam mitos Kejadian conceives Manusia sebagai pikiran, tubuh, dan roh). Di Barat kita cenderung menekankan tubuh dan jiwa dan dengan demikian, sengaja atau tidak, kami telah menciptakan dualisme daripada suatu visi yang terintegrasi dari kondisi manusia. Kebanyakan Martial Arts instruktur akan menekankan aspek tubuh melalui pelatihan khusus mereka, dan pikiran, melalui persiapan mental untuk melakukan kasar, menuntut, melelahkan dan sangat, sangat fisik, pelatihan untuk mencapai tingkat yang diperlukan dalam keunggulan Martial Arts. Beberapa akan menekankan 'spiritual'.

Namun, Seni Bela Diri memiliki, sebagai pendekatan holistik untuk hidup (shin, gin, tai) spiritualitas yang mendalam dan 'filsafat' dan memiliki hal ini tidak karena memiliki tercermin pada mereka dengan cara analitik, tetapi karena telah tinggal mereka eksistensial. Dengan demikian, Ginchin Funokoshi, pendiri karate modern, bisa mengembangkan '20-an Sila Karate 'dan ajaran pertamanya adalah' Karate selalu dimulai dan diakhiri dengan menghormati '. hormat Ini adalah penghormatan terhadap totalitas kenyataan seperti itu ada dalam dirinya sendiri. Funokoshi tidak memberikan definisi tentang realitas, ia harus melakukannya, ia mengintuisi bahwa kebenaran dari kenyataan adalah bahwa hal itu - tidak memerlukan proses analisis kerja intelektual untuk mendefinisikannya. Lain dari ajaran-Nya 'Tidak ada inisiatif pertama dalam karate' (katate ni senti nashi) bertujuan untuk menjamin bahwa Jalan Karate disimpan bebas dari noda agresi - untuk untuk memulai serangan adalah suatu tindakan agresif dan tindakan agresif bertentangan tidak hanya dengan semangat Karate, tetapi juga untuk kehidupan itu sendiri.

Dengan demikian, salah satu prinsip filosofis utama dari Seni Bela Diri akan menjadi paradoks ke pikiran analitis barat: pelestarian hidup ketimbang pengambilan melalui pengembangan keterampilan fisik yang luar biasa pada tingkat permukaan tampak kekerasan dan agresif. Tapi apakah itu tidak berdiri benar bahwa latihan keras di Seni Bela Diri melengkapi Anda dengan keterampilan yang diperlukan untuk menimbulkan bahaya serius pada orang lain? Jawabannya adalah ya, tetapi Martial Artist benar akan menjawab, mengapa saya ingin melakukan itu jika saya pelatihan untuk keunggulan dan kesempurnaan tidak hanya keterampilan Seni Bela Diri tetapi dalam keterampilan hidup? Oleh karena itu, Martial Artist tidak akan melihat paradoks karena mereka tidak akan mengerti hal itu. Martial Artist hanya memiliki satu hal untuk menyempurnakan dan itu adalah dirinya sendiri, dan dalam arti yang kemudian dia hanya mempunyai satu lawan, diri, ego, yang keasyikan dengan cara berada di dunia yang berpusat pada saya , saya dan saya dan tidak memiliki altruisme di dalamnya.

Dalam salah satu Seni Bela Diri lainnya Saya telah belajar untuk jangka waktu yang sama, Batto-Jutsu (Samurai Pedang), ada kode ketat perilaku dan menghormati yang mendukung semua pendekar tidak. Pedang mengambil suatu realitas sendiri sejauh bahwa pedang (katana) adalah lebih penting bahwa orang yang memegang itu. Tujuan semacam Seni Bela Diri adalah 'menarik sempurna dan pemotongan dan yang dipandang sebagai satu tindakan tunggal - tidak didiskusikan sebagai penyebab Aristotelian dan akibat. Penyebab pedang yang akan ditarik bukan tangan pendekar yang menarik itu - ada penyebabnya ada karena pedang itu ada sebagai realitas itu sendiri dan tidak membutuhkan yang lain kurang dari itu sendiri (tangan manusia) untuk memungkinkan untuk menjadi apa itu - sebuah katana.

Dengan demikian, hal-hal yang diizinkan untuk apa yang mereka dalam diri mereka sendiri tanpa menjadi perlu untuk menganalisa mengapa mereka adalah bahwa hal di dunia sebagai ada. Ada juga filosofi hidup mendalam. Sejak karate (saya berlatih dan mengajarkan Shotokan Karate) dibangun pada penghormatan maka penghormatan terbesar yang dapat diberikan adalah untuk apa pun yang ada sebagai hal yang sendiri di dunia sebagai hal yang. Dengan kata lain, penghargaan atas kehidupan mendominasi semua praktek seni beladiri dan pelatihan. Jadi, ketika murid-murid saya mengatakan kepada saya 'Apa teknik pertahanan terbaik diri', saya selalu memberitahu mereka itu melarikan diri. Hal ini melarikan diri karena cara untuk tidak diserang tidak berada di sana, cara terbaik untuk tidak menyakiti orang lain adalah dengan berjalan kaki. Dengan cara itu tidak ada yang terluka, karena obyek Seni Bela Diri adalah kesempurnaan diri tidak ada kesempurnaan dalam agresi atau kekerasan. Dan di dalamnya terletak etika Seni Bela Diri karena berusaha untuk memelihara kebenaran dan kenyataan dari hal-hal seperti mereka di dunia tanpa menghancurkan mereka.

analisis Barat (memang sebagai dosen dalam filsafat saya salah satu dari mereka) akan mencari definisi realitas, dan apa yang merupakan realitas dalam pikiran seorang Martial Artist yang serius ke Martial Arts mereka (seperti aku) karena apa yang merupakan realitas pikiran satu belum tentu merupakan realitas dalam pikiran orang lain. Tapi karate, misalnya, sebagai sebuah kata itu sendiri mengandung sesuatu pemahaman Martial Arts realitas. Karate terdiri dari = kosong te 'kara' dua kata, = tangan (karaoke misalnya = oke kara-kosong = orkestra!). Di sini 'kosong' tidak hanya berarti bahwa ka-karate (mahasiswa karate) tidak memiliki senjata, tetapi juga bahwa apa yang dia tidak memiliki apa-apa, sebuah kekosongan. Dengan kata lain, tidak ada yang ada di luar orang yang ada pada saat itu.

Di sinilah letak kreativitas Seni Bela Diri. Teknik saat dipanggil oleh instruktur hanyalah kata-kata, mereka memiliki makna hanya sebagai teknik, hanya saat ka-karate membawa mereka menjadi melalui pelatihan mereka bahwa mereka memiliki realitas apapun. Martial Arts Jadi banyak akan Occamist Nominalists! (Dan sebagai seorang imam Fransiskan, saya tidak punya masalah dengan itu!) Sejak nama teknik ini hanya nama, penanda sebuah. Jadi hanya ketika pikiran conceives ide dari teknik ini, tubuh membawa ke dalam tindakan melalui ekspresi fisik, dan semangat memberdayakan dengan kekuatan, kekuasaan, yang satu mendapatkan arti sebenarnya dari metafisika nyata yang berada di Seni Bela Diri .

Tapi itu bukan hanya peristiwa fisik - juga acara rohani, jika kita memahami spiritual dengan membungkuk metafisik sebagai berkenaan dengan 'roh' dari semua hal yang mendefinisikan mereka berada di dunia dan menerima konsep Duns Scotus 'dari objek metafisika sebagai studi menjadi-qua-sedang. Dengan asumsi ini, satu maka dapat menyarankan bahwa selain dari arsitektur mental yang Martial Arts pelatihan membantu membangun, ada sebuah arsitektur dimengerti karena hal-hal yang dirasakan di dunia karena mereka adalah sebagai hal melalui persepsi Seniman Beladiri diri di dunia. Dengan demikian, penekanan triadic lain dari Seni Bela Diri, Disiplin, Etiket, Hormati, menyeimbangkan satu metafisik of Mind, Body, Roh dan triad empiris Pelatihan, Praktek, Dedikasi, keseimbangan yang etis dari Perdamaian, Keadilan, Integritas.

Jadi apakah ada 'filosofi' di Seni Bela Diri? Berbicara sebagai guru filsafat, imam, Scotist, dan Artis Bela Diri berpengalaman saya katakan sebuah empati dan ya. Seolah berlaku cara berada di dunia sebagai cara agama, dan ini sebagai sah persepsi dunia sebagai cara filosofis barat. Ia tidak memiliki Sepuluh Kategori Aristoteles, juga tidak memiliki teori Bentuk Plato, atau emanasi dari segala sesuatu untuk Satu seperti halnya Plotinian Neoplatonisme, dan tidak memiliki wawasan Positivisme, atau Cartesianisme, tetapi itu tidak memiliki sistem nilai sendiri, dan persepsi sendiri realitas hal ada.

Ini tidak perlu mengklasifikasikan hal-hal ada ke dalam kategori, atau untuk berusaha memahami mereka metafisik make up, tetapi tidak mengakui bahwa apa yang mereka ada di dunia, mereka ada, bahkan jika itu hanya sebagai bayangan, atau ilusi. Ini adalah perjuangan untuk mengerti adalah bahwa menghadapi kita semua dan saya percaya Scotus benar, bahwa objek yang tepat metafisika sedang dan sementara Scotus mengatakan sedang-qua-being dan dari yang mengembangkan teori indah tentang Univocity Menjadi, Saya akan mengatakan bahwa jika sedang-qua-adalah bahwa adalah objek yang tepat metafisika, maka penelitian harus sembarangan, dan memanfaatkan apa yang ada di dunia, atau pikiran, atau proses penyelidikan filosofis untuk membantu kita merenung, memahami, merefleksikan dan mengekspresikan apa yang sedang ada.

Cukup selain dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mungkin Martial Arts lempar ke bantuan, ada aspek lain dari Martial Arts yang praktisi barat banyak orang gagal untuk melihat dan itu adalah estetika nya. Martial Arts hanya indah untuk melihat jika dilakukan dengan benar. Seolah anggun, seperti terampil, sebagai cekatan dan cairan dan mengalir seperti es-tarian, dansa ballroom, senam. Saya percaya ini terjadi karena bentuk Seni Bela Diri tergantung pada pemahaman yang bukan hanya dari kecelakaan dalam gerakan fisik tetapi bagaimana gerakan-gerakan sebagai bentuk tampaknya penonton dan dengan yang terlibat dalam gerakan itu sendiri. Untuk melihat keanggunan seni kuno Aikido, atau simetri yang kuat dari pedang samurai terampil, atau gerakan, kuat namun sangat seimbang yang kuat dari sebuah ka-karate adalah untuk memahami bahwa meskipun gerakan ini telah apa beberapa mungkin mempertimbangkan untuk menjadi tujuan yang meragukan (orang menyakiti), dalam diri mereka adalah karya seni.

Saya seorang imam Fransiskan dan seorang, seorang guru filsafat dan Martial Artist dan frase kunci ada 'Aku', saya bukan orang yang 'melakukan' hal-hal; Seni Bela Diri bukan 'hobi' - mereka, dan terus, bagian integral hidup saya sebagai pribadi manusia, sebagai seorang imam, sebagai seorang Fransiskan, sebagai guru, sebagai seorang filsuf. Jadi apakah ada 'filosofi' di Seni Bela Diri? - Ya, yang, sangat canggih menantang, satu yang indah.

filsafat karate

filsafat karate

1. Rakka (Bunga yang berguguran)

Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.

2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)

Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur.

Adapun ciri khas dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut:

1. Shotokan

Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

2. Goju-ryu

Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

3. Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

4. Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.

Jumat, 22 Oktober 2010

SHOTOKAN KARATE

PENGENALAN
Shotokan adalah sebuah aliran karate yang dikembangkan oleh Gichin Funakoshi (1868–1957) dan anaknya Gigo Yositaka Funakoshi (1906–1945). Gichin merupakan salah satu master karate yang memperkenalkan karate ke pulau utama jepang pada tahun 1910-an dan 1920-an. Namun, anaknya lah, Gigo Funakoshi, yang lebih banyak berperan mempopulerkan karate. Funakoshi banyak memiliki murid yang melanjutkan perjuangannya mengajarkan karate Shotokan setelah kematiannya di tahun 1957
TEKNIK KARATE SHOTOKAN

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
1. Kihon


Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.


3. Kumite
Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
PERTANDINGAN KARATE
Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
2. Kata (jurus) putera dan puteri
1. Kumite

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
2. Kata

Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dimana dia dapat memperagakan kata pilhan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan kata, para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.


PERKEMBANGAN SHOTOKAN DI INDONESIA

Di tahun 1964, salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo (Alm). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia. Dan beliau juga pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO)
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.

Mengurai Benang Kusut Karate di Indonesia

Mengurai Benang Kusut Karate di Indonesia


Oleh
Koes Pratomo Wongsoyudo

Prof. Oishii dalam ceramahnya di Borobudur Camp tahun lalu dengan dibantu oleh Sabeth Muchsin (pendiri Inkai) dan isterinya yang asal Jepang mengalami kesulitan ketika mencari terjemahan yang pas untuk kata Budo. Memang tidak mudah. Karena tidak cukup dengan kata “Ilmu Bela Diri”. Sebab, budo adalah ilmu bela diri yang todome-waza. Dan keterangan tambahan itu pun harus ditambah lagi karena di sana ada arti pengendalian, daya tahan dan way of life. Gichin Funakoshi ketika menamakan ilmu bela dirinya dengan nama “Karate”, menjelaskan bahwa itu adalah perpaduan ilmu bela diri Okinawa dengan Budo-nya Jepang.
Penjelasan ini disampaikan untuk menuntaskan polemik yang menahun karena ada pihak-pihak yang keberatan dengan nama baru itu dan ingin bertahan dengan nama Tote. Maka penamaan karate dengan polemiknya, mengukuhkan bukti bahwa Funakoshi-lah sang originator karate itu. Jadi mustahil karate lahir di tempat lain dan dari pihak yang lain.
Melihat kenyataan bahwa karate sangat bermutu, Teino Heika atau Kaisar Jepang memutuskan untuk mendukung pelatihan Karate. Logislah kalau karate segera jadi populer. Maka ramai-ramailah orang ikut-ikutan memakai nama Karate untuk bela dirinya dengan – Karate ini, Karate itu dan sebagainya atau aliran ini dan aliran itu.
Funakoshi, sang originator, tidak menganggap adanya aliran dalam karate namun oleh “orang luar” disebut karate yang dipetekuninya disebut aliran shotokan. Kata shotokan itu sendiri berasal dari kata Shoto, yaitu nama julukan Funakoshi dan Kan berarti gedung atau hall. Buat yang mengerti artinya tentu lucu karena sepertinya ada juga karate aliran “Basket Hall” atau aliran “Istora”.
Kehidupan Karate-nya Funakoshi lalu diteruskan oleh Nakayama yang membentuk “Japan Karate Association” (JKA) sebuah organisasi untuk Karate-ka. Menjadi lebih lucu lagi kalau disebutkan karate aliran JKA seperti tidak tahu arti kata-kata pada nama JKA.
Dari Karate ini Nakayama melahirkan olahraga pertandingan dengan peraturan-peraturan yang tetap menampung arti atau jiwa Budo tadi. Pertandingan “All Japan” untuk pertama kali diselenggarakan pada tahun 1957, pertandingan Exibishi Olympiade di Mexico tahun 1968 dan Kejuaraan Dunia petama di Tokyo tahun 1970. Karate pun jadi milik dunia.
Persoalan baru pun datang mengiringinya. Ada karate yang tidak Todome-Waza, berarti tidak berjiwa Budo.
Suka atau tidak suka, Nakayama harus melihat kenyataan bahwa selain karatenya, ada lagi karate yang lain, yaitu, karate yang bukan karate karena tidak todome-waza. Walaupun bukan kehendaknya, dia harus menerima ketika sekarang karatenya disebut Traditional Karate atau Karate Tradisional. Dan Karate versi orang Eropa yang tidak Todome-Waza disebut General Karate, tapi tidak boleh diterjemahkan menjadi “Karate Jenderal” agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Tepat atau tidak tepat, banyak pihak menyebutnya “Karate Umum”.
Dan seperti FIFA, Organisasi International Federation-nya (IF) Bola dan IBF. Adalah IF-nya bulu tangkis, untuk masing-masing Karate di atas juga punya IF yang berbeda.
Sekarang WKF atau eks-WUKO, IF-nya General Karate, dan ITKF adalah IF-nya Traditional Karate. Traditional Karate menghadapi masalah yang serius ketika tahun 1986 WUKO diakui Internasional Olympic Committe (IOC) walau keputusan itu kemudian dianggap sah dan dicabut tahun 1993.
Enam tahun masa pengakuan itu telah dipakai WUKO untuk “membunuh” Karate Tradisional di banyak negara. Khawatir bahwa karate yang karate, justru akan hilang dari muka bumi, maka pihak JKA pun sampai pada keinginan untuk mengelola JKA secara internasional.
Kenyataannya, karate JKA ini sudah menjadi komoditi yang mahal. Di Amerika, terutama, banyak sekali yang memperdagangkan karate ini dengan membuka “Toko” (Dojo) Karate. Maka ada Doojoo dengan nama JKA Philadelphia, JKA New Orleans, JKA Chicago dan sebagainya.
Mitra JKA di Indonesia adalah INKAI, yang hubungannya dibentuk berdasarkan Technical Agreement. Dua mitra yang sederajat. Kita sangat keberatan INKAI disamakan dengan “Toko-toko Karate”, seperti JKA Chicago dan sebagainya itu.
Tahun 1986, Nakayama mengundang Rapat Sihankai (Dewan Pelatih) seluruh dunia di Tokyo. Dari yang hadir, hanya ada dua orang yang bukan orang Jepang, yakni Sabeth Muchsin dan saya sendiri.
Nakayama menjelaskanmaksudnya untuk mengoperasikan Institut Pendidikan Karate secara internasional dengan nama JKA. Dari Indonesia muncul sanggahan. Sabeth menjelaskan bahwa semangat untuk membawahi suatu bangsa oleh bangsa lain akan ditolak di negara-negara berkembang. Lalu dipikirkan membentuk sebuah institusi internasional sehingga tidak ada kesan menjajah. Ketika saya diperintah Nakayama menuliskan sebuah nama di papan tulis. Saya tulis The International Karate Institute. Masalahnya menjadi lucu ketika nama yang panjang itu bila disingkat ternyata menjadi INKAI. Rapat tidak mengambil keputusan apa-apa karena semua bisa menghargai argumentasi Sabeth.

Dijalankan Lagi
Sekarang ide orisinil yang semula dijalankan lagi. Di Amerika Okazaki tidak menemui kesukaran dalam mempimpin doojoo-doojoo (baca : “Toko”) JKA di seluruh Amerika. Tapi Omura yang bekerja di Bangkok dan didukung penuh oleh Tokyo, sulit sekali dalam mengoperasikan JKA se-Asia-Oceania. Negara-negara yang datang, hanya mengirimkan satu orang utusan.
Berarti argumentasi Sabeth benar, negara-negara di kawasan ini yang mayoritas adalah negara-negara berkembang, tidak bisa menerima ide JKA ini. Indonesia pun diminta oleh JKA untuk mengambil alih pimpinan di Asia-Oceania itu. Tapi INKAI tetap pada pendirian bahwa bukan di situ masalahnya. Tidak ada niat untuk menjadi bawahan bangsa lain.
Sebagai individu, tidak ada salahnya untuk menjadi anggota JKA. Tentu dengan konsekuensi layaknya harus tunduk kepada organisasinya, tanpa harus merendahkan martabat bangsanya. Di Indonesia cukup banyak, mereka yang memenuhi syarat untuk itu, bahkan mereka yang diluar INKAI. Kiranya tidak salah, dibentuk semacam coordinative body untuk mereka yang ingin menjadi anggota JKA. Sebut saja Alumni Shotokan Indonesia menjadi AKSI. Yang ingin menjadi AKSI harus mempunyai ijazah dan nomor JKA.
AKSI tentu beda dengan FKTI yang adalah National Federation untuk cabang olahraga yang dinamakan Karate Tradisional. Kita tahu FKTI anggota dari ITKF. INKAI yang telah menamakan dirinya Perguruan Karate Tradisional, harus konsekuen untuk menampung semua karate tradisional yang tidak hanya JKA sumbernya. Dan memang sekarang INKAI mengajarkan ajaran-ajaran Goju-Ryu. Maka, mereka yang berlatih di INKAI mengenal juga “kata’ yang berasal dari sana. Sesuai dengan bidangnya, sebagai Institusi Pendidikan, INKAI terdaftar pada Depdiknas. Setahap demi setahap, terurailah benang kusut karate di Indonesia.
Penulis adalah pengamat karate

PRESTASI KARATE INDONESIA

Prestasi Karate Indonesia




Perjalanan Karate Indonesia di WKF 1994 - 1998

1997 - 1998

Piala KASAD

SEA Games XIX/1997 Jakarta Indonesia

Shoto World Cup 1997 Milan - Itali

Ladies Cup 1997 Tokyo - Jepang

World Cup 1997 Manila - Pilippina

AUKO III/1997 Macao - Hong Kong

Kejurnas Karate Terbuka Piala KASAD V/1998 Jakarta

Australia Open Sydney 1998

Kejurnas Karate Junior Piala Mendagri Surabaya 11 - 12 Juli 1998

AUKO Junior 1998 Macao - Hong Kong

Asian Games XIII/1998 Bangkok

1999 - 2000

Ladies Cup 1999 Tokyo - Jepang

SEA Games XX/1999 Brunei Darussalam

AKF IV/1999 Singapura

Hasil Cabang Olahraga Karate PON XV/2000 - Jawa Timur

Kejurnas Karate Piala Mendagri Semarang 29 - 30 Juli 2000

Kejurnas Karate Terbuka Piala KASAD VI/2000 Jakarta

2001

IV Ladies' International Karate Cup Tokyo, 14 - 15 July 2001

SEA Games XXI/2001 Kuala Lumpur - Malaysia

2nd World Junior & Cadet Karate Championships Greece, 12 - 14 October 2001

Hasil Seleksi Pelatnas FORKI 21 Oktober 2001

5th Asian Senior Karate-Do Championships, November 2001, Malaysia

Tim Gojukai Indonesia Raih Dua Emas

Tim Gojukai Indonesia sukses merebut dua medali emas, dua perak, dan dua perunggu dalam Kejuaraan Dunia Karate-Do Gojukai di Perth, Australia, 30 November-2 Desember 2001. Kedua medali emas Indonesia diperoleh dari nomor kata beregu putri yang terdiri dari Anneke Enoch, Flenty Enoch, serta Rahayu Novita. Sedangkan satu medali emas lainnya disumbangkan Alfatah Lukman di nomor kumite kelas -55 kg.


2002

KEJURNAS KARATE PIALA KASAD VII/2002 BANDUNG 4-6 APRIL 2002

Indonesia Open Karate Tournament 2002, 4 - 6 June, 2002 Tennis Indoor Senayan Jakarta

KEJURNAS KARATE YUNIOR PIALA MENDAGRI IX/2002 JAMBI 19 - 21 JULI 2002

2003

HASIL KEJURNAS KARATE PRA PON XVI SURABAYA, 18-20 JULI 2003

Indonesia Raih Perak di Kejuaraan Dunia Karate Junior

2004

Hasil Cabang Olahraga Karate PON XVI/2004 - Sumatera Selatan

2007

Hasil Kejuaraan Karate Mahasiswa "Sebelas Maret Cup V" 8-10 Maret 2007

Hasil Prakualifikasi PON XVII/2008 Solo, 25-27 Mei 2007

Hasil Kejurnas Karate Junior & Kadet Piala Mendagri XII & Piala Mendiknas I, Palembang 6-8 Juli 2007

Hasil Kejurnas Karate POPSMA Hall-C GOR Kuningan - Jakarta, 11-12 Juli 2007

Hasil Porseni SD Tingkat Nasional Tahun 2007 Cabang Karate Jakarta, 13 Agustus 2007

Hasil Kata POSPENAS 2007

Hasil Kumite POSPENAS 2007

Hasil Sea Games XXIV/2007 Thailand


2008

Hasil Kejuaraan Karate Terbuka Nasional Senior & Cadet MAESA CUP X Tahun 2008

Hasil Pertandingan Karate PON XVII/2008 - KALTIM

Hasil Seleknas Junior Karate 2008

Hasil Kejurnas Karate Tingkat SD O2SN I/2008

Hasil Kejurnas Karate Tingkat SMP O2SN I/2008

Hasil Kejurnas Karate Tingkat SMA O2SN I/2008

RESULTS 9th AKF JUNIOR & CADET KARATE CHAMPIONSHIPS 2008 KOTA KINABALU, MALAYSIA 28TH-30TH AUGUST 2008

AWAL MASUK KARATE !!!!!

Awal masuk karate !!!!!!!
Saat pertama latihan karate, sepertinya tidak ada hal2 yang menurutku menarik. Saat pertama latihan saya hanya diajari sikap2 awal dan gerakan2 dasar. Oh ya…. Saya pertama kali latihan di SD. Dan hanya beberapa kali latihan saja, saya sudah ditawari untuk engikuti UKT (Ujian Kenaikan Tingkat). Saya juga masih belum PD untuk mengikutinya, namun ya saya tetap mengkuti UKT. Dan saya ahirnya lulus menjadi sabuk kuning. Nah sejak saya naik menjadi sabuk kuning itulah saya mulai serius untuk menekuni karate. Sejak saat itu, saya sering diajak oleh pelatih saya untuk latihan di tempat lain. Karena saat itu karate di SD saya sudah mulai tidak aktif.
Tempat latihan pertama saya selain di SD adalah di sebuah kampung(saya tidak akan menyebut nama kampungnya). Di sana, saya latihan 2 kali seminggu, yaitu hari kamis sore dan minggu malam. Disana saya lebih banyak diajari tehnik2 yang baru. Dan disanalah pula saya baru mengenal pengklasifikasian pertandingan. Dulu saya hanya tahu kalau pertadingan karate itu hanya berkelahi saja. Namun setelah latihan disana, saya mengetahui bahwa ada 3 pengklasifikasian dasar dari pertandingan karate.
Yang pertama adalah TATA GERAK. Dalam pertandingan karate, biasanya diawali dengan pertandingan TATA GERAK. TATA GERAK adalah serangkaian gerakan dasar yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat mencakup gerak-gerak dasar dalam ilmu beladiri karate. Setahu saya gerakan2 yang ada di TATA GERAK tidaklah baku. Setiap daerah umumnya memiliki TATA GERAK yang berbeda. Namun gerakan2 tersebut, tidak boleh keluar dari gerak-gerak dasar dalam ilmu beladiri karate. Namun dala satu kota biasanya TATA GERAK nya tidak berbeda. Semua itu di karenakan setiap kota memiliki sekertariat masing-masing. Karena itulah setiap kota pasti memiliki TATA GERAK yang berbeda-beda.
Yang kedua adalah KATA’. Biasanya dipertandingkan setelah TATA GERAK. KATA’ adalah serangkaian gerakan yang disusun sedemikian rupa supaya menunjukan kendahan dari ilmu bela diri karate tanpa menghilangkan kekuatan dari ilmu bela diri karate. KATA’ disebut juga bunga karate karena KATA’ mampu menunjukan gerakan2 yang indah tanpa menghilangkan fungsi gerakan tersebut untuk beladiri. KATA’ merupakan gerakan yang baku. Namun seringkali ada variasi yag dibuat untuk memperindah gerakan tersebut. Biasanya, pada suatu negara,gerakan yang ada pada suatu KATA’ adalah sama. Hanya saja gerakan tersebut dibedakan oleh aliran suatu perguruan beladiri yang ada di negara tersebut.
Yang ketiga adalah KOMITE. Biasanya dipertandingkan setelah KATA’. KOMITE adalah pertarungan satu lawan satu dengan aturan2 yang sudah ditetapkan oleh WKF (World Karate Federation). Biasanya karateka yang bertanding diawasi oleh 1 orang wasit, 3 orang juri, dan 1 orang pengawas pertandingan. Dulu, Karateka yang bertabding hanya memakai gamsil untuk melindingi gigi dan hand protector. Namun sekarang karateka yang bertanding di haruskan untuk memakai gamsil, hand protector, body protector, pelindung tunggung kaki dan pelindung tulang kering. KOMITE menerapkn sistem poin untuk setiap gerakan yang mengenai tubuh lawan dengan aturan yang telah ditetapkan.
Setelah mengetahui pengklasifikasian tersebut, saya memutuskan untuk memilih KATA’. Karena menurut saya, KATA’ sangat cocok untuk orang seperti saya. Namun bukan pekara mudah menekuni bidang ini. Gerakan2 yang ada pada suatu KATA’ haruslah kita hapal dengan baik. Selain itu, kita juga harus memperhatikan hala-hal berikut ini :
1. TEHNIK
2. POWER
3. SPEED
4. IRAMA
5. PERNAFASAN
6. MIMIK MUKA
Dengan memperhatikan hal2 tadi, kita akan dapat memainkan KATA’ dengan baik dan benar.
Sekian cerita kali ini.
TERIMA KASIH.

Rabu, 20 Oktober 2010

MENGAPA PILIH KARATE?????


MENGAPA PILIH KARATE ??????????
Mengapa pilih KARATE ? itulah kalimat yang pertama terucap oleh orang yang baru mengetahui kalo saya adalah seorang KARATEKA. Saya sudah terbiasa dengan pertanyaan semacam itu, dan saya juga sangat memakluminya. Yaa….mungkn  karena tubuh saya kurus sehingga banyak yang tidak percaya bahwa saya adalah seorang KARATEKA. Tapi inilah saya, saya adalah seorang KARATEKA.
Saya punya alasan mengapa saya memilih KARATE bukan olahraga lain. Alasan yang pertama adalah karena dulu, KARATE berkembang di tempat saya tinggal. Sehingga jika saya sedang bermain dengan teman2 saya, pasti saya akan melihat orang yang sedang latihan KARATE di kampung saya. Karena seringnya saya melihat orang sedang latihan KARATE saya menjadi tertarik dan ingin menjadi seorang KARATEKA.
Alasan yang kedua adalah mengenai faktor fisik. Sebagai seorang anak laki2, saya mempunyai naluri menyukai BOLA. Namun dengan badan yang sekurus ini, sulit bagi saya untuk berkecimpung di dunia sepakbola. Karena itulah saya tidak memilih sepakbola untuk saya geluti. Olahraga lain seperti voli, badminton,dll juga sepertinya tidak cocok dengan saya. Adapun olahraga yang tidak memandang masalah fisik, yaitu CATUR. Ada alasan yang mendasari saya untuk tidak memilih catur. Saya tidak pernah mengerti aturan permainan catur.
Alasan lain yang mendasari saya memilih KARATE adalah masalah kepercayaan diri. Dengan badan sekurus ini, banyak teman2 saya yang tidak menghormati saya bahkan tidak menghargai saya. Kebanyakan dari mereka selalu menghina saya, sehingga kepercayaan diri saya menjadi runtuh seketika saat mereka menghina saya.tapi tentunya tidak semua teman saya menghina saya. Banyak juga teman2 yang selalu melindungi saya. Namun saya tidak mau jika terus berlindung dibelakang mereka.saya ingin melindungi mereka. Untuk itulah saya memilih KARATE. Dengan masuknya saya menjadi seorang KARATEKA, banyak dari mereka yang tadinya menghina saya, sedikit demi sedikit mulai bisa menghormati saya.
Dengan masuknya saya menjadi sorang KARATEKA juga, saya mulai menjelma menjadi pribadi yang meskipun orang lain menghina saya, saya tetap bisa mengembangkan potensi dalam diri saya. Teman2 yang dari dulu selalu melindungi saya, sekarang bisa saya lindungi. Saya yang dulunya bersembunyi di belakang teman2 saya, sekarang bisaberdiri sejajar dengan mereka untuk mengembangkan potensi dalam diri kami yang belum muncul sempurna. Karena kebanyakan dari teman2 saya yang selalu melindungi saya adalah anak2 yang selalu menjadi bahan olok-olokan teman yang lain.
Selan itu, saya juga adalah jenis orang yang penakut. Saya tidak berani melawan siapapun yang menghina saya. Nah..dengan masuknya saya menjadi seorang KARATEKA, saya menjadi orang yang cukup berani menghadapi orag yang mengina saya. Namun tentunya dengan cara yang halus. Itu semua saya lakukan karena saya tahu kalau orang yang menghina saya hanya bertujuan untuk mengeksiskan diri mereka. Mereka ingin diakui oleh orang lain. Namun cara yang meeka tempuh adalah SALAH. Kita tidak perlu menghina orang lain untuk diakui oleh orang lain. Yang harus kita lakukan adalah menghormati mereka dan terus mencoba mngembangkan potensi diri kita. Karena saya percaya bahwa TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA DENGAN KELEBIHANNYA MASING-MASING. Kita hanya perlu mengolah potensi diri kita. Nah…. Teman2 itulah cerita pertama saya. Semoga cerita saya dapat menginspirasi kalian untuk dapat mengembangkan potensi kalian. Dan  ingatlah pepatah yang mengatakan ANJNG MENGGONGGONG, KAFILAH BERLALU.
TERIMA KASIH.

Rabu, 06 Oktober 2010

sejarah KARATE

Sejarah Karate

Sebuah teori mengatakan bahwa asal mula karate berasal dari ilmu bela diri Okinawa. TE atau OKINAWA-TE adalah seni bela diri asli setempat yang telah mengalami perkembangan berabad-abad lamanya, dan kemudian banyak dipengaruhi oleh teknik perkelahian yang dibawa oleh para ahli seni bela diri Cina yang mengungsi ke Okinawa. Sekitar Abad ke5, seorang pendeta Budha yang terkenal bernama Bodhidharma (Daruma Daishi) mengembara dari India ke Cina untuk menyebarkan dan membetulkan agama Budha yang menyimpang selama ini di Kerajaan Liang di bawah Kaisar Wu. Setelah perselisihannya dengan Kaisar Wu karena perbedaan pandangan dalam ajaran agama Budha, Bodhidharma mengasingkan diri di biara Shaolin Tsu di pegunungan Sung di bagian Selatan Loyang Ibukota Kerajaan Wei. Di situlah dia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal-bakal Sekte Zen.
Para Rahib Budha Cina pada waktu itu begitu lemah badannya, sehingga mereka tidak dapat menjalankan pelajaran-pelajarannya dengan baik. Setelah dia tahu hal ini, dia memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18 Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan. Suatu pendapat lain mengatakan, bahwa cerita di atas tadi adalah dongeng semata-mata. Bagaimanapun juga Bodhidharma adalah anak laki-laki ke-3 (tiga) dari Raja India Selatan. Dan sebagai Pangeran, dia ahli ilmu perang yang menjadi salah satu pendidikannya, hal serupa dengan Sakyamuni. Lagi pula hanya orang dengan pikiran dan badan yang kuat yang dapat mengadakan perjalanan yang demikian jauh dan banyak rintangannya.
Seorang ahli ilmu bela diri lain yang sangat terkenal yang muncul pada jaman Dinasti Sung (920-1279 M) adalah Chang Sang Feng (Thio Sam Hong). Awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolin Tsu , kemudian mengasingkan diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam gerakan binatang, seperti kera, burung bangau, dan ular. Berdasarkan pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya yang disebut aliran Wutang. Kalau Shaolin Chuan hanya dipraktekkan oleh para Pendeta Budha, maka aliran Wutang ini diperuntukkan orang awam yang tidak ada ikatan dengan aliran Kuil manapun. Chang mengaja rkan supaya menerima pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali pukul. Ciptaannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Aliran ini selanjutnya punya dampak yang luas di dalam perkembangan seni bela diri di China. Gaya aliran Wutang ini segera tersebar merata di seluruh Wilayah China bagian utara yang pada masa kemudian akan berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-Chuan.
Masih terdapat banyak tokoh seni bela diri yang menciptakan gaya dan aliran masing-masing. Diantaranya Chueh Yuan yang juga pernah belajar di Shaolin Tsu. Pada tahun 1151-1368 M dia berhasil menciptakan aliran baru dengan cara memperluas 18 pukulan Arhat menjadi 72 jurus. Dia berkeliling ke banyak Wilayah China dan kemudian bertemu dengan Po Yu Feng yang menciptakan pukulan Wu Chuan. Keduanya mengadakan kerjasama menciptakan satu aliran baru yang mencapai 170 macam gaya ilmu pukulan, diantaranya Lima Tinju, Tinju Naga, Tinju Harimau, Tinju Bangau, Tinju Macan Tutul, dan Tinju Ular. Di seluruh Wilayah CIna yang begitu luas, berbagai macam gaya dan aliran bela diri dikembangkan, yang akhirnya menyesuaikan diri deng an sifat-sifat lingkungan di mana gaya dan aliran itu berkembang dan dipraktekkan. Namun pada umumnya, berbagai aliran dan gaya yang ada dapat dibagi menjadi dua aliran yaitu aliran UTARA dan aliran SELATAN.
Aliran Selatan berasal dari daerah Cina Selatan di bagian hilir sungai Yang Tse. Karena beriklim sedang, sumber kegiatan ekonomi yang paling utama di wilayah ini adalah pertanian khususnya beras. Rakyat setempat cenderung bertubuh gempal dan kuat karena kegiatan kerja di sawah. Disamping itu di wilayah selatan terdapat banyak sekali sungai, sehingga alat lalu lintas yang utama adalah perahu. Dengan mendayung sehari-hari menyebabkan badan bagian atas lebih berkembang. Maka dengan demikian aliran selatan ini menekankan pada gaya melentur dan penggunaan tangan dan kepala.
Aliran Utara berkembang di wilayah Cina Utara di bagian hulu Sungai Yang Tse, dimana sifat daerahnya adalah pegunungan. Mengingat di wilayah ini banyak orang terlibat dengan perburuan binatang dan penebangan kayu sebagai sumber nafkah. Maka aliran utara ini lebih menekankan pada gerakan yang lincah dan penggunaan teknik tendangan.
Selama masa peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli bela diri China melarikan diri ke negara lain untuk membebaskan diri dari penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Manchu yang menguasai China. Sebagai akibatnya ilmu bela diri China dari Jaman Ming ini disebarkan ke berbagai negara lain termasuk ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Salah seorang diantaranya Chen Yuan Pao yang menuju ke Jepang, dimana dia selanjutnya mengajarkan gagasan dan teknik Judo. Sampai pada abad ke-15 Kepulauan Okinawa terbagi menjadi 3 (tiga) Kerajaan. Dan pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa di bawah kekuasaannya. Penguasa ke-2 dari golongan Sho, yaitu Shin Sho, menyita dan melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap pemilikan senjata tajam masih terus diberlakukan. Sebagai akibatnya, rakyat hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan ketrampilan fisik mereka untuk membela diri.
Pada saat yang sama, ilmu bela diri dari Cina mulai diperkenalkan di Okinawa melalui para pengungsi yang berdatangan dari Cina yang saat itu sudah dikuasai oleh bangsa Manchu (Dinasti Ching). Diantara para pengungsi itu ada sejumlah ahli seni bela diri dari China. Pengaruh ilmu bela diri dari China ini dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-aliran seni bela diri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama daerah perkembangannya menjadi Naha-te, Shuri-te, dan Tomari-te. Naha-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang bertubuh besar. Shuri-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran utara yang pola gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh. Sementara kaum Shimazu makin memperketat larangan atas pemilikan senjata tajam, latihan pola bela diri Te ini makin berkembang.
Di Jepang sendiri juga telah ada pola bela diri sejak jaman dulu. Diantaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling pukul dan tenda ng dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi. Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo pada masa sekarang ini. Tokoh seni bela diri China yang mengungsi dari penjajahan bangsa Manchu juga tersebar ke seluruh Jepang. Berbagai macam gaya dan teknik yang mereka sebarkan menyebabkan timbulnya aliran-aliran baru. Di bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jiu Jitsu atau seni beladiri aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa "Kelunakan dapat mengalahkan kekerasan" dinyatakan berasal dari China, dan aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola bela diri lainnya. Diantaranya yang sangat populer ial ah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano.
Karena keuletannya untuk meneliti, melatih, dan mengembangkan diri, Judo telah berhasil diterima merata di seluruh Jepang sebagai satu cabang olah raga modern. Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi yang lahir di Shuri, Okinawa pada tahun 1869 untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang. Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan. Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah berkembang pesat ke seluruh dun ia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di seluruh dunia. Masutatsu Oyama sendiri kemudian secara resmi mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada tahun 1956.

KARATE

Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
  1. Shotokan
  2. Goju-Ryu
  3. Shito-Ryu
  4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
  1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
  2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
  3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

[sunting] Kihon

Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

[sunting] Kata

Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

[sunting] Kumite

Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.

[sunting] Pertandingan Karate

Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
  1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
  2. Kata (jurus) putera dan puteri

[sunting] Kumite

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.

[sunting] Kata

Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
  • Shotokan : Kankudai dan Jion.
  • Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
  • Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
  • Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.

[sunting] Luas lapangan

  • Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
  • Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.

[sunting] Peralatan dalam pertandingan karate

Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
  1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
  2. Pelindung tangan
  3. Pelindung tulang kering
  4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
  5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
    • Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
    • Pelindung tubuh untuk kontestan putri
    • Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
  6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
  7. Seragam wasit/juri
    • Baju putih
    • Celana abu-abu
    • Dasi merah
    • Sepatu karet hitam tanpa sol
  8. Papan nilai
  9. Administrasi pertandingan
  10. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.

[sunting] Falsafah Karate

Rakka (Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.
Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

[sunting] Aliran Karate

Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:

[sunting] Shotokan

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

[sunting] Goju-ryu

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

[sunting] Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

[sunting] Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:

[sunting] Kyokushin

Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

[sunting] Shorin-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.

[sunting] Uechi-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih). [1]

JADWAL SOLAT

inspirasiku

mskipun kita memiliki banyak kelemahan, kita harus tetap percaya diri. ingatlah tuhan kita tidak pernah tidur. jika ada orang yang menghina kelemahan anda, maka katakanlah "ya itulah saya!!!!". dan tekadkan alam hati anda "suatu hari saya akan membuat mereka yang menghina saya, menjaadi malu daan meminta maaf kepada saya." (RUSLI RUSMAYADI)

Cari Blog Ini

WIKISEEK

document.write('
'); document.write('
'); document.write(''); document.write(' '); document.write(' '); document.write('
'); document.write('
');

PRICE GAS

RAMALAN CUACA